Tuesday, July 8, 2014

Sekolah Berkebun untuk Anak-anak


Oleh : Julianto

Achmad Suryana
Mengenakan kaos dan topi. Terkesan santai saat Sinar Tani bertemu Achmad Suryana yang tengah duduk di areal stand pameran Badan Ketahanan Pangan.

Orang nomor satu di Badan Ketahanan Pangan ini tengah memperhatikan persiapan pameran dan ekspo pembangunan pertanian pada gelar Pekan Nasional (PENAS) Petani-Nelayan XIV di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang.

Dengan sedikit basa-basi, Sinar Tani menyatakan niatnya untuk mewawancarai Kepala Badan Ketahanan Pangan, Achmad Suryana. “Apa yang menarik nih?”, tanya Sinar Tani di Malang, Jumat (6/6). Meski tidak secara langsung menjawab, karena memang program di Badan Ketahanan Pangan cukup banyak. Dari mulai diversifikasi pangan, pengembangan desa mandiri pangan dan program-program lainnya.

Apalagi bagi Sinar Tani hampir sebagian besar program dari Badan Ketahanan Pangan sudah kerap ditulis. “Soal school garden,” ujarnya. “Boleh,” jawab Sinar Tani. Suryana mengatakan,  pihaknya kini tengah melaksanakan program school garden (berkebun di sekolah). Program ini bekerjasama dengan Asean Vegetable Research and Development (AVRD).  “Lembaga internasional tersebut seperti IRRI untuk tanaman padi, tapi AVRD khusus meneliti tanaman sayuran,” ujarnya.

Tujuan kerjasama tersebut menurut Suryana, adalah agar anak-anak makin paham terhadap ilmu pengetahuan mengenai sayuran. 

Pada akhirnya juga terbiasa untuk mengkonsumsi sayur-sayuran.  Dalam program tersebut, anak-anak nantinya akan lebih banyak berinteraksi dengan tanaman sayuran, sehingga mencintai lingkungan.

“Kita ingin meningkatkan attitude anak-anak, terutama mencintai makanan sayuran. Apalagi sekarang ini makin sulit kita melihat anak-anak berkebun. Bahkan sebagian besar anak-anak tidak menyukai sayuran. Padahal sayuran sangat baik untuk pertumbuhan anak-anak,” kata Suryana.

Agar program meningkatkan konsumsi sayuran untuk anak-anak berjalan dengan baik, Badan Ketahanan Pangan bersama AVRD telah menyiapkan materi secara terstruktur. Termasuk, memberikan pelatihan (training of trainer) untuk guru-guru sekolah dasar.

Suryana mengungkapkan, program berkebun di sekolah tersebut masih tahap ujicoba (pilot project). Kini tengah berjalan di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Ada dua sekolah yang menjadi tempat uji coba. Satu sekolah dibuatkan program berkebun sayuran, sekolah yang lain tidak dilaksanakan program itu.

“Hasilnya nanti akan terlihat bagaimana sikap anak-anak sekolah yang dilaksanakan program berkebun sayuran dan yang tidak. Dengan demikian akan terlihat perbedaan sikap anak-anak sekolah yang mendapatkan program berkebun sayuran dan yang tidak ada program tersebut,” tutur Suryana.

Jadi dengan ujicoba tersebut akan ada data dasar mengenai sikap anak-anak terhadap tanaman sayuran. Di antaranya tingkat attitude, penerimaan terhadap pelajaran dan tingkat kehadiran di sekolah. Aspek yang akan dilihat lebih lanjut adalah berkebun, sanitary dan kesehatan, dan water (lingkungan). “Data-data tersebut akan kita dapatkan dalam pilot project selama dua tahun,” ujarnya.

Suryana berharap, dengan data tersebut akan menjadi bahan untuk memberikan masukan kepada pemegang kebijakan. Lebih lanjutnya adalah berkebun di sekolah menjadi program nasional.

Karena itu kata Suryana, pihaknya terus mensosialisasikan agar anak-anak berpola makan B2SA (beragam, bergizi, seimbang dan aman). Dengan pola tersebut, hidup anak-anak akan lebih sehat. Bukan hanya sehat, anak-anak Indonesia juga lebih berkualitas.